Bagikan

Selasa (14 Juni 2022) Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta menggelar Baitul Arqam hari kedua. Meskipun sudah hari kedua, para bapak ibu dosen sebagai peserta Baitul Arqam tetap bersemangat. Setelah ishoma selesai, peserta Baitul Arqam kemudian dikelompokkan ke kelas-kelas kecil untuk melanjutkan materi. Materi siang hari ini membahas terkait isu-isu perempuaan dalam konteks keumatan dan kebangsaaan.

Acara dimulai pukul 13.53 WIB dengan bacaan bismillah. Sebelum dimulai diskusi kelas kecil ini, pemateri Dra. Siti Syamsiyatun,.MA.,Ph.D mengajak peserta untuk melakukan  ice breaking, kemudian pemateri memberikan pertanyaan kepada peserta Baitul Arqam. Pemateri memberikan pertanyaan berkaitan tantangan yang dihadapi di Perguruan Tinggi sebagai dosen, yang kedua tantangan terbesar yang dihadapi anak-anak perempuan kita saat ini hingga lima tahun kedepan, dan terakhir kondisi atau situasi yang sangat diharapkan atau diwujudkan di lingkungan keluarga, di tempat kerja, dan di masyarakat. Semua peserta Baitul Arqam menjawabnya dengan sangat antusias.

Ibu Dra. Siti Syamsiyatun,.MA.,Ph.D menyampaikan bahwa isu-isu perempuan di dunia global meliputi:

“Yang pertama budaya patriarki yang masih kuat, yang kedua rendahnya partisipasi perempuan di pusat pengambilan keputuan, yang ketiga kekerasan berbasis gender (sexual, domestik, publik, body shaming,dll), keempat sexisme, racisme dan ketimpangan ekonomi, kelima rendahnya respek dan penghargaan atas pekerjaaan-pekerjaan pengasuhan, perawatan (care giving), keenam mengatur antara karir dan tugas keibuan (reproduktif), ketujuh normanisasi misogini, dimana misogini ini merupakan sikap pandangan yang merendahkan dan menganggap perempuan adalah seasuatu yang buruk dan pantas diperlakukan buruk. Isu selanjutnya yakni layanan kesehatan produktif, kebijakan pemerintah pada berbagai lini; termasuk riset, pendidikan, ekonomi, politik, serta yang terakhir kurangnya waktu untuk “me time”, berkotemplasi dan brefleksi.”

Di akhir acara diskusi kecil ini, pemateri juga mengharapkan, “seorang perempuan harus dihormati, disayangi, dan direwangi”. Beliau juga menyampaikan, kita sebagai perempuan inginnya “fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah”, doa ini mengandung makna bahwa didunia diusahakan dan diakhirat diberikan kebaikan, begitu tuturnya di akhir diskusi kecil ini. Setelah acara diskusi kecil selesai, peserta Batul Arqam menjalankan shalat, RTL, post tes dan penutupan.

Nurul Sepfiatin