(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)
Menukil pesan Ketua LPPI UNISA Yogyakarta, Dr. Islamiyatur Rohmah, S.Ag., M.S.I, kepada hadirin pengajian dalam KKN Mubaligh Hijrah, Masjid Al-Islah, Senggotan, Yogyakarta, Ahad, (10/04).
“Hadis tersebut mengingatkan kepada kita bahwa kita akan mengalami kematian. Setiap manusia tidak akan bisa memilih dan kematian akan datang dengan waktu yang sudah ditentukan oleh Allah, untuk itu sebelum kematian itu tiba sebaiknya kita mempersiapkan amalan ibadah sebagai bekal kita di akherat.”, pungkasnya dalam pengajian KKN Mubaligh Hijrah.
Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh berkah untuk menjadi momen sibuk berlomba-lomba dalam berburu pahala dan kebaikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan khittah LPPI-LPPM UNISA Yogyakarta bersama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY untuk menghadirkan program KKN Mubaligh Hijrah.
UNISA Yogyakarta menerjunkan 25 mahasiswa KKN MH (Mubaligh Hijrah) yang tersebar di lima titik, salah satunya di Masjil Al-Islah, Senggotan Tirtonirmolo, Bantul, Yogyakarta. Kegiatan sehari-hari yang diberikan antara lain pengajaran TPA (Iqro’) untuk anak-anak, pengajian remaja, pengajian ibu dan bapak menjelang buka puasa, penyuluhan kesehatan, bimbingan belajar, serta pemeriksaan kesehatan. Direncanakan pula akan adanya perlengkapan Literasi Masjid dengan pengadaan Perpustakaan Masjid dan Festival Anak Ramadhan pada 17 April 2022.
Pengajian rutin Ahad sore di rangkaian kegiatan KKN Mubaligh Hijrah diisi oleh pemateri dari dosen-dosen AIK UNISA Yogyakarta. Dr. Islamiyatur Rohmah, S.Ag., M.S.I (10/04) mengisi kegiatan pengajian sore KKN di Masjid Al-Islah yang dihadiri oleh 100 warga Senggotan dengan materi Rukti Jenazah.
“Perawatan jenazah ini sangat penting untuk dilakukan karena di beberapa tempat sangat memprihatinkan. Ada jenazah perempuan yang memandikan dan mengkafani justru para bapak-bapak. Hal ini kenapa bisa terjadi seperti ini? Karena SDM perempuan yang mengetahui tatacara merawat jenazah sangat kurang.”, pungkasnya.
Pemaparan beliau merupakan bentuk refleksi betapa pentingnya memaknai esensi menjadi mukmin dan muslim dengan selalu mentajdid diri, meningkatkan ghiroh dalam belajar syariat Islam untuk dituangkan dalam ekosistem bermasyarakat terlebih dengan kondisi pandemi. Menuntut masyarakat untuk bisa lebih memaknai hukum-hukum islam secara kontekstual yang pada akhirnya melahirkan dinamisasi budaya-budaya baru dalam koridor syariat. Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat meluruskan problematika fundamental yang selama ini masih terjadi.