Bagikan

Yogyakarta, Sabtu (11/05) — Kelompok 10 yang terdiri dari 7 orang mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta membuat artikel yang berjudul “Mencari Berkah di Tengah Bencana: Hikmah dan Solusi Islam dalam Menghadapi Bencana Lingkungan dan Air” dengan tema Bencana, Lingkungan dan Air.

Banyak di antara manusia yang mengatakan bahwa serangkaian musibah tersebut merupakan azab dari Allah SWT. yang diakibatkan kelalaian manusia. Diantara mereka juga ada yang menyatakan bahwa serangkaian musibah merupakan kuasa Allah SWT. merupakan sunnatullah yang lazim terjadi. Musibah merupakan sebuah ujian atau peringatan yang diberikan Allah SWT. kepada umat untuk mengetahui seberapa besar keimanan mereka. Kuat-lemahnya iman seseorang itu dapat dilihat dari cara mereka menyikapi musibah yang menimpa mereka. sebelum melanjutkan ke ranah yang lebih jauh perlu kita diketahui bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah sebagai Khalifah di bumi tujuannya supaya ia bisa menjaga kelestarian hidup dan menjaga pergaulan antara laki-laki dan perempuan .

Al-Qur’an diturunkan guna memberikan petunjuk kepada manusia dalam mengolah atau menempatkan segala sesuatu sesuai dengan tempatnya. Selain tujuan manusia diciptakan sebagai khalifah yakni untuk menjaga kemakmuran bumi tujuan manusia diciptakan yang lain adalah untuk memperbaiki akhlak manusia.

C:\Users\ASUS\Downloads\WhatsApp Image 2024-05-12 at 22.13.10.jpeg

Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 155-157, Allah berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami sedang menuju kembali kepada-Nya) (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157)”.

Adapun dalam kalimat istirja’, yaitu “innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn”, Abu Hayyan (wafat 1344 M) dalam tafsirnya menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendapat para ahli tafsir. Berikut ini penjelasannya :

وللمفسرين فى هاتين الجملتين المقولتين أقوال: أحدها: أن نفوسنا وأموالنا وأهلينا لله لا يظلمنا فيما يصنعه بنا. الثاني: أسلمنا الأمر لله ورضينا بقضائه: وإنا إليه راجعون. يعني: للبعث لثواب المحسن ومعاقبة المسئ. الثالث: راجعون إليه في جبر المصاب وإجزال الثواب. الرابع: أن معناه إقرار بالمملكة في قوله: إنا لله، وإقرار بالهلكة في قوله: :وإنا إليه راجعون

Artinya: “Para ahli tafsir memiliki beberapa pendapat terkait makna kedua jumlah (kalimat istirja’) yang ada. Pertama bahwa seluruh jiwa, harta serta keluarga kita ialah milik Allah. Ia tidak zalim terhadap apa yang dilakukan terhadap kita. Kedua, kita memasrahkan semua urusan kepada Allah dan ridha terhadap keputusan-Nya, (kami akan kembali kepada-Nya) maksudnya ialah ketika dibangkitkan untuk menerima pahala bagi yang berbuat baik dan siksaan bagi yang bermaksiat. Ketiga, kembali kepada Allah maksudnya dalam menghadapi musibah dan pemberian ganjaran. Keempat, makna (kita milik Allah) ialah pengakuan penguasaan penuh Allah, sedangkan (kita kembali pada-Nya) ialah pengakuan akan kematian kita.” (Abu Hayyan, Al-Bahrul Muhith fit Tafsir, [Beirut, Darul Fikr: 1431 H/2010 M], juz II, halaman 57).

Manusia yang diciptakan sebagai khalifah tertentu perlu bahkan harus menjaga alam ini dari segala macam hal yang dapat menciptakan kerusakan, kerusakan terjadi bukan hanya disebabkan oleh tercemarnya lingkungan, kerusakan juga bisa terjadi sebab banyaknya terjadi maksiat, hal ini dapat kita lihat pada kejadian tsunami pada beberapa tahun silam, yang konon katanya tsunami di Aceh terjadi karena banyaknya maksiat yang merajalela di daerah tersebut, dan bangunan yang tidak runtuh hanyalah masjid, meski bangunan masjid itu telah tampak tua. Dengan kejadian ini dapat disimpulkan bahwa terjadinya musibah disebabkan karena maksiat,kemunkaran, serta membiarkan maksiat itu terjadi tanpa adanya peringatan juga dapat mempengaruhi terhadap terjadinya bencana alam. 

Musibah yang terjadi di zaman dahulu dengan konteks kehidupan sekarang ini tetap berkesinambungan musibah yang dialami oleh bangsa Indonesia yang diawali oleh krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidakpuasan terhadap pemerintahan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar- besaran yang dilakukan berbagai organisasi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Dan juga seperti bentrok yang terjadi di Papua akibat ketidakpuasan terhadap kepemimpinan saat ini, hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh ibnu majah bahwa salah satu penyebab terjadinya musibah adalah perbuatan Zalim yang dilakukan oleh pemerintah atau suatu pimpinan.

C:\Users\ASUS\Downloads\WhatsApp Image 2024-05-12 at 22.47.10.jpeg

Kehidupan kita di dunia memang penuh dengan ujian, Allah SWT memberikan hal tersebut tidak lain untuk menguji seberapa besar tingkat keimanan hambanya. Yang jelas, tidak ada satupun manusia di dunia ini yang benar-benar bebas dari masalah. Semua dengan ujiannya masing-masing dan porsinya masing-masing. Disitulah letak keadilan Allah. Sebagai seorang muslim, kita harus memahami dan meyakini bahwa setiap yang ada di alam semesta merupakan sunnatullah dari Allah. Semuanya berjalan atas hukum, aturan, ukuran, dan ketetapan dari Allah SWT. 

Bencana alam yang terjadi, semuanya terjadi bukan tiba-tiba. Ada prosesnya, ada aturannya, dan tidak semuanya bisa dipahami oleh manusia. Ketika ada bencana alam terjadi, sudah sepatutnya kita mengevaluasi diri. Apakah selama ini kita sudah benar-benar menjaga dan memelihara alam dengan baik. Jangan sampai kita menyalahkan Allah SWT atau menyalahkan alam itu sendiri atas segala bencana yang terjadi. Misalnya saja saat terjadi banjir, kebakaran hutan, kabut asap, semua itu terjadi karena adanya sebab akibat ulah tangan manusia. Saat terjadi bencana, sikap seorang muslim sudah seharusnya untuk menghindarinya. Bukan berdiam diri dan pasrah dengan keadaan. Jika kita bisa berbuat sesuatu untuk banyak orang maka lakukanlah.

Untuk itu, kita pun diperintahkan untuk senantiasa menjaga keadilan dan keseimbangan di muka bumi. Seperti yang juga tercantum dalam ayat berikut, “Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat kerusakan di muka bumi” (QS: As-Syuara: 183)

Apabila bencana itu terjadi akibat perilaku manusia yang disengaja, seperti maksiat, zhalim dan tidak beriman secara sengaja, maka bencana itu menjadi siksa bagi manusia. Bencana merupakan peringatan dari Allah subhanahu wata’ala agar manusia kembali mengingat Allah subhanahu wata’ala dan tidak melakukan pelanggaran atas aturan Allah subhanahu wata’ala. Dan bencana alam juga bisa jadi pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala untuk manusia, agar tahu bahwa Allah subhanahu wata’ala mencintainya dan untuk mengangkat derajatnya karena kekuatan imannya. 

C:\Users\ASUS\Downloads\WhatsApp Image 2024-05-12 at 22.47.06.jpeg

Diantara hikmah bencana alam, yakni:

  • Pertama, agar yang diberi bencana tahu bahwa Allah subhanahu wata’ala mencintainya, seperti dalam sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “Setiap kali Allah mencintai sekelompok orang, Allah pasti memberi cobaan kepada mereka” (HR. Tirmidzi).
  • Kedua, bencana alam terjadi untuk mengangkat derajat manusia yang diberi bencana, seperti sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “Jika agamanya kuat, maka akan ditambahkan masalahnya” (HR. Tirmidzi). 
  • Ketiga, agar manusia tidak takabur dan tinggi hati. 
  • Keempat, untuk menumbuhkan solidaritas kolektif. 

Marilah kita jadikan seluruh musibah yang menimpa diri kita, keluarga kita atau bangsa kita ini sebagai pengingat agar kita tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan datangnya musibah. Sebagai Sarana instropeksi bagi kita untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu (musyrik), Upaya mendekatkan diri dan tawakal kita kepada-Nya. Serta sebagai Upaya meningkatkan kualitas iman, amal dan taqwa kita,  juga untuk mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Semoga kita semua senantiasa mendapat perlindungan dari Allah SWT dan terhindar dari segala macam musibah dan marabahaya. Semoga musibah yang pernah menimpa kita dan saudara kita menjadi cara Allah mengampuni dosa-dosa kita, dan menggantinya dengan ampunan, pahala dan surga-Nya aamiin.