Bagikan

Oleh: Dr. M. Nurdin Zuhdi, S.Th.I., M.S.I.

 إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ  يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ اِلآّ اَللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُهَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. اَمَا بَعْدُ

قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah”. (AS. Al-Kautsar [108]: 2)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahil-Hamd.

Khutbah Idul Adha 1441 H: Pembuka

Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah…

Khutbah Idul Adha 1441 H ini dibuka dengan bahasan tentang pandemi yang kita alami. Pandemi Covid-19 telah mengubah wajah dunia. Pandemi yang muncul sejak Desember 2019 ini telah merombak seluruh tatanan dan sendi kehidupan umat manusia secara masif di seluruh penjuru dunia; mulai dari ekonomi, sosial, politik, seni, budaya hingga agama. Lebih dari 16 juta orang terinfeksi dan lebih dari 633 ribu orang meninggal dunia.

Seluruh manusia di muka bumi menjadi panik, resah dan penuh ketakutan. Sebagian orang masih mampu bertahan. Namun tidak sedikit pula yang mulai dilanda keputusasaan. Banyak orang menjadi stress dan tertekan. Bahkan di beberapa negara telah ditemukan kasus bunuh diri karena depresi menghadapi kenyataan karantina dan lockdown yang tidak kunjung berhenti.

Berbagai macam kebijakan telah diterapkan oleh seluruh negara di dunia untuk menghentikan penyebaran virus ini. Ilmuan-ilmuan dunia juga telah melakukan penelitian mendalam untuk menemukan vaksin pandemi ini. Namun upaya-upaya tersebut belum membuahkan hasil dan virus ini belum juga menunjukkan data yang melandai.

Seharusnya, pada puncak inilah pademi Covid-19 dapat menyadarkan umat manusia atas ke-AgunganNya. Pandemi ini telah membuktikan bahwa manusia ternyata adalah makhluk yang lemah dan tidak berdaya. Setangguh apapun dinding-dinding keangkuhan manusia pada akhirnya runtuh pula. Sehebat apapun kesombongan umat manusia pada akhirnya hancur lebur dan tidak tersisa.

Idul Adha: Merapatkan Kemanusiaan dan Solidaritas

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahil-Hamd.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…

Hari ini umat Islam di seluruh penjuru dunia sedang merayakan Hari Raya Idul Adha 1441 H. Seperti halnya Idul Fitri, tahun ini Idul Kurban kita masih dalam suasana pandemi. Namun demikian melalui khutbah Idul Adha 1441 H ini, kami ingatkan bahwa makna “merayakan” ini bukan berarti kita harus hura-hura dan berpesta pora ditengah gempuran virus korona yang belum mereda.

Makna “merayakan” Idul Kurban yang sesungguhnya adalah menumbukan rasa kemanusiaan dan sikap solidatiras terhadap saudara-saudara kita yang terdampak virus korona. Makna “merayakan” bisa dipahami dengan cara yang berbeda; yakni bersatu padu, gotong royong dan saling bahu membahu dalam membantu sesama.

Idul Kurban adalah momen terbaik kita untuk menumbuhkan sikap empati antar sesama. Benar, bahwa untuk sementara ini jarak fisik kita harus direnggangkan, namun rasa kemanusiaan dan solidaritas kita harus semakin dirapatkan. Pandemi Covid-19 adalah ujian kemanusiaan. Sebagai ujian kemanusiaan, pandemi ini seharusnya adapat membuka pikiran dan mata hati kita akan pentingnya sikap ta’awun; saling membantu, peduli, berbagi dan bekerjasama dalam menghadapi musibah kemanusiaan ini.

Allah berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…” (QS. Al-Maidah [5]: 2)

Hakikat Idul Kurban

Jamaah Shalat Idul Adha yang Dimuliakan Allah…

Dalam khutbah Idul Adha 1441 H ini khatib mengingatkan bahwa hakikat Idul Adha bukan hanya wujud spirit dalam menyemblih hewan kurban semata. Namun hakikat Idul Adha yang sesungguhnya adalah wujud spirit dalam menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang melekat pada diri kita.

Ketika hewan kurban disembelih, pada saat itu pula seharusnya sifat-sifat kebinatangan kita juga ikut disembelih. Sehingga lenyaplah nafsu-nafsu kebinatangan kita seperti sikap merasa paling hebat, merasa paling kuat, merasa paling benar, merasa paling pintar, tidak peduli pada sesama, menindas, serakah, rakus, acuh tak acuh dan lain-lainnya.

Perbedaan manusia dengan binatang terletak pada akal dan pikirannnya. Dengan akal dan pikiran yang dimilikinya, manusia seharusnya mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk; antara yang halal dan yang haram; antara perintah dan larangan; antara yang menyelamatkan dan yang membahayakan; antara yang haq dan yang bathil. Manusia yang tidak menggunakan akal dan pikirannya seumpama binatang yang berjalan dalam wujud manusia.

Hari ini, betapa banyak binatang dalam wujud manusia yang bertebaran di muka bumi dan telah merusak tatanan alam dunia dengan keserakahan dan kerakusannya. Manusia yang tidak menggunakan akal dan pikirannya hidupnya semaunya; semua rambu-rambu diterjang, tidak patuh terhadap norma sosial maupun norma agama, tidak peduli dengan keselamatan orang lain, bahkan keselamatan nyawa diri dan keluarganya ia abaikan. Seperti mengindahkan protokal kesehatan dan keselamatan di tengah virus korona yang masih mengancam.

Aristoteles (384-322 SM) seorang filusuf besar dari Yunani pernah mengemukakan bahwa manusia adalah termasuk jenis hewan yang berakal sehat, yang berbicara dan bertindak berdasarkan akal dan pikirannya. Sehingga, tepat jika manusia dalam berbicara dan bertindak tidak berdasarkan akal dan pikirannya taubahnya binatang dalam wujud manusia.

Dalam Al-Qur’an penggunaan kata ‘akal’ dan ‘pikiran’ dengan berbagai macam derivasinya tidak kurang disebut sebanyak 189 kali. Hal ini menunjukkan betapa peranan akal dan pikiran sangat penting dalam kehidupan manusia.

Misalnya dalam Al-Qur’an disebutkan “Afala Ta’qilun: apakah kamu tidak menggunakan akalmu” (QS. Al-Baqarah [2]: 44) dan “Afala Tatafakkarun: apakah kamu tidak memikirkan” (Al-An’am [6]: 50).  Ibadah kurban mengingatkan kembali bahwa manusia haruslah hidup selayaknya manusia yang menggunakan akal dan pikirannya, bukan selayaknya binatang yang memperturutkan hawa nafsunya.

Idul Kurban Wujud Kesalehan Sosial

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahil-Hamd.

Jamaah Shalat Idul Adha yang Berbahagia…

Ibadah kurban merupakan warisan dari napak tilas dan sejarah penting Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. Ibadah kurban mengandung unsur kepasrahan dan ketundukan seorang hamba kepada Tuhannya seraya dilanjutkan dalam bentuk penguatan relasi kemanusiaan. Hakikat kurban tidak hanya ekspresi keshalihan individual saja, namun hakikat kurban adalah wujud dari keshalihan sosial yang mengandung unsur penguatan relasi kemanusiaan melalui momen berbagi antar sesama.

Semangat kemanusiaan di balik ibadah kurban menjadi sangat penting untuk diaktualisasikan saat ini khususnya di tengah masyarakat yang terdampak pandemi. Baik itu dalam bentuk hewan kurban atau dalam wujud lainnya seperti dikonversi berupa dana dan disalurkan melalui lazismu untuk didistribusikan kepada masyarakat yang sangat membutuhkan di daerah tertinggal, terpencil dan terluar. Ibadah Kurban mengandung pesan moral yang kuat untuk merekatkan ikatan persaudaraan dalam berbangsa dalam bentuk ta’awun: berbagi dan peduli di tengah pandemi.

Semangat kemanusiaan di balik ibadah kurban harus melahirkan sikap empati antar sesama, sehingga pasca berkurban tidak ada lagi penolakan jenazah pasien positif korona, tidak ada lagi pengusiran dan pengucilan terhadap saudara-saudara kita yang terinfeksi, tidak ada lagi yang kesusahan dan kelaparan karena karantina atau lockdown dan lain-lainnya.

Cara terbaik agar kita bisa melalui ujian kamunasiaan ini adalah dengan saling menguatkan satu sama lain. Nabi saw. telah berpesan bahwa orang mukmin dengan orang mukmin yang lain bagaikan sebuah bangunan yang fungsinya saling menguatkan satu sama lain (HR. Muslim). Nabi saw. juga mengingatkan bahwa umat Islam antara yang satu dengan yang lainnya harus saling mencintai, mengasihi, dan menyanyangi.

Khutbah Idul Adha 1441 H: Penutup

Seumpama tubuh, jika ada satu anggota tubuh kita ada yang sakit, maka angota tubuh yang lain juga ikut merasakan sakit (HR. Muslim). Begitulah hakikat persaudaraan dalam Islam. Mari, kita jadikan ibadah Idul Kurban sebagai momentum terbaik untuk bangkit dan mempererat tali persaudaraan. Baik itu persaudaraan seiman atau persaudaraan sebangsa dan sepenanggungan. Dengan Idul Kurban kita perkuat dan rapatkan kembali solidaritas dan akhlak kamanusiaan.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمً. َللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَلّلَهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسِلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَآ أَتِنَآ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَآ عَذَابَ النَّار. سُبْحَانَ رَبكَ رَبّ الْعِزَةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌعَلىَ الْمُرْسَلِيْن وَالحَمْدُ ِللهِ رَبّ ِاْلعآلَمِيْن. وأَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ

***

Sumber – https://ibtimes.id/khutbah-idul-adha-1441-h-spirit-kurban-dan-taawun-untuk-negeri/