Yogyakarta, 2 April 2024 – Kelompok 1 program studi Fisioterapi semester 4 kelas B Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang terdiri dari 6 orang melakukan pemaparan materi mengenai “Sumbangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”. Pemaparan materi ini bertujuan untuk mengulik sejarah Islam lebih jauh dan lebih mendalam lagi bagi kaum generasi sekarang. Pada dasarnya, mempelajari sejarah kebudayaan Islam bertujuan untuk mengetahui berbagai masalah kehidupan umat manusia yang berkaitan dengan hukum Islam. Selain itu, agar kita juga mengetahui berbagai masalah kehidupan umat Islam yang disertai dengan maju mundurnya kebudayaan Islam itu sendiri.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau yang bisa disebut IPTEK tentu sudah menjadi sesuatu yang tidak asing lagi di telinga kita. Peradaban yang berkemajuan sangat berkaitan erat dengan sumbangan pengetahuan yang terus maju dan dikembangkan disetiap zamannya. Tentunya, IPTEK memiliki peran yang penting dalam perkembangan sejarah pengetahuan manusia. IPTEK akan memberikan konsep bagaimana pemahaman ilmu pengetahuan manusia berbasis teknologi akan terus maju dan berubah-ubah secara berabad-abad. Perkembangan dari IPTEK tentu akan berjalan secara beriringan membentuk suatu kemajuan.
Lalu, bagaimana pandangan Islam terhadap IPTEK? Sejatinya, Islam memiliki kepedulian dan perhatian penuh kepada umatnya agar terus berproses untuk menggali potensi-potensi yang bersumber dari alam dan lingkungan yang akan menjadi sentrum peradaban yang gemilang. Dalam konteks tersebut, tentu Islam sendiri tidak menentang dengan adanya perkembangan teknologi dan sains. Keduanya diharapkan akan berjalan seimbang dan selaras untuk menciptakan khazanah keilmuan dan peradaban manusia yang lebih baik dari sebelumnya.


Islam tidak mengekang umatnya untuk maju dan menjadi sosok yang modern. Islam mendukung umatnya untuk melakukan percobaan penelitian dan bereksperimen dalam hal kebaikan apapun, termasuk dalam pengetahuan sains dan teknologi. Bagi agama Islam, sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta merupakan anugerah bagi manusia sebagai khalifatullah di bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
IPTEK sendiri merupakan kebutuhan. Dari segi agama Islam, umat Allah SWT memerlukan kepastian akan arah ka’bah dan juga waktu untuk beribadah. Diperlukan perhitungan astronomi dan geofisika untuk menentukan waktu shalat, pun, untuk mengetahui kapan waktu awal dan akhir pada bulan puasa dan juga di waktu haji. Hasil penemuan dari astrolab juga dapat digunakan untuk ilmu pelayaran dan perdagangan. Tidak hanya astronomi, rasa keingintahuan yang luas juga dapat mengembangkan dan memajukan aspek di bidang teknologi, pendidikan, bahasa, matematika, kimia, farmasi, dan ilmu kedokteran dan kesehatan yang berjalan beriringan seiring dengan perkembangan teknologi untuk membantu dan menyelamatkan arah dan tujuan fungsi hidup dari manusia. Seperti yang dijelaskan pada Q.S. Al-Mujadilah [58] : 11
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis’, lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”


Ada beberapa penjelasan terkait isi kandungan Surat Al Mujadilah ayat 11 yang disarikan dari sejumlah tafsir yakni Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim karya Ibnu Katsir, Tafsir Al Munir karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Tafsir Fi Zilalil Quran karya Sayyid Qutb dan Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka. Diantaranya yaitu:
1. Surah Al Mujadilah ayat 11 menjelaskan adab menghadiri majelis (termasuk majelis ilmu dan majelis dzikir) yakni berlapang-lapang dan memberikan kelapangan kepada orang lain agar bisa duduk di majlis itu.
2. Diantara adab menghadiri majelis Rasulullah adalah mentaati beliau, termasuk ketika beliau memerintahkan untuk berdiri atau pindah tempat duduk.
3. Pemimpin majelis boleh meminta seseorang untuk pindah guna memberikan tempat kepada orang yang dimuliakan.
4. Orang yang berlapang-lapang di majelis, Allah akan memberikan kelapangan untuknya.
5. Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat, baik di dunia maupun di akhirat.
6. Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakan hamba-hambaNya dan motivasi di balik perbuatan itu.
7. Allah memberikan balasan atas perbuatan seseorang berdasarkan hakikat dan motivasi perbuatan itu.
8. Ayat ini memotivasi orang-orang beriman untuk menuntut ilmu dan menjadi orang-orang yang berilmu.
9. Dalam surah tersebut juga sangat berkaitan dengan sentra pendidikan baik itu keluarga, sekolah, masyarakat dan juga masjid setiap pusat pendidikan berpeluang memberikan konstribusi yang besar dan konstribusi itu berkembang bukan hanya pada urusan individu tetapi juga berkembang pada orang lain.



Berikut beberapa tokoh yang berkontribusi dalam perkembangan IPTEK pada masanya:
1. Ibnu Sina (Arab: ابن سینا, translit. Ibn Sīnā; 980 – Juni 1037 M), yang di Barat dikenal sebagai Avicenna, adalah seorang muslim Mu’tazilah polimat yang dipandang sebagai dokter, astronomer, dan penulis terpenting dari Zaman Keemasan Islam dan dianggap sebagai filsuf paling berpengaruh di era pra-modern. Bagi banyak orang, dia adalah “Bapak Kedokteran Modern”. Dari sekitar 450 judul yang ditulisnya, 240 di antaranya selamat dan bertahan hingga hari ini, yang di antaranya terdapat 240 judul dalam bidang filsafat dan 40 judul dalam pengobatan. Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Qānūn fī al-Thibb (Buku Pengobatan), sebuah ensiklopedia medis yang menjadi buku rujukan dan standar di bidang kedokteran pada berbagai universitas dan terus digunakan selama berabad-abad hingga sekitar tahun 1650.
2. Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi atau Al-Zahrawi (Madinatuz Zahra’, 936 – 1013), (Bahasa Arab: أبو القاسم), dikenal di Barat sebagai Abulcasis, adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid. Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama “El Zahrawi”. Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah.
3. Muḥammad bin Mūsā al-Khwārizmī al-majousī al-katarbalī (Persia: ابوجعفر محمد بن موسی خوارزمی ) adalah seorang Persia yang ahli dalam berbagai bidang (polimatik) seperti matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Kufah, Irak. Lahir sekitar tahun 780 di Khwarezmia (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Bagdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai guru di Sekolah Kehormatan di Bagdad yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Ma’mun Ar-Rasyid, tempat ia belajar ilmu alam dan matematik, termasuk mempelajari terjemahan naskah Sanskerta dan Yunani.
4. Bapak Penerbangan (810–887 A.D.), juga dikenal sebagai Abbas Abu al-Qasim bin Firnas ibn Wirdas al-Takurini (Arab: عباس بن فرناس), adalah seorang polimatik Andalusi, seorang penemu, fisikawan, kimiawan, teknisi, musisi Andalusia dan penyair berbahasa Arab.
5. Abu Ali al-Hasan bin al-Hasan bin al-Haitsam (Arab: أبو علي الحسن بن الحسن بن الهيثم) atau Ibnu al-Haitsam (Bashrah, 965 – Qahirah 1039), dibarat lebih dikenal dengan nama Alhazen. Adalah seorang ilmuwan yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penelitian mengenai fisika cahaya, dan telah memberikan banyak inspirasi pada ahli filosof barat, seperti Roger Bacon, dan Kepler, dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.
6. Al Battani (sekitar 850 – 923) adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al Battani (Bahasa Arab أبو عبد الله محمد بن جابر بن سنان الحراني الصابي البتاني ; nama lengkap: Abū ʿAbdullāh Muḥammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-Ḥarrani aṣ-Ṣabiʾ al-Battānī), lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
7. Ibnu Khaldun, nama lengkap: Abu Zaid ‘Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun al-Hadhrami (Arab: عبد الرحمن بن محمد بن خلدون الحضرمي) (27 Mei 1332 – 19 Maret 1406) adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia[1] dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan/Pengantar).
8. Abū al-‘Iz Ibn Ismā’īl ibn al-Razāz al-Jazarī (c. 1136–1206; Arab: أَبُو اَلْعِزِ بْنُ إسْماعِيلِ بْنُ الرِّزاز الجزري) adalah seorang Ilmuwan dari Al-Jazira, Mesopotamia, yang hidup pada abad pertengahan. Dia adalah penulis Kitáb fí ma’rifat al-hiyal al-handasiyya (Buku Pengetahuan Ilmu Mekanik) tahun 1206, di mana dia menjelaskan lima puluh peralatan mekanik berikut instruksi tentang bagaimana cara merakitnya.
Sumbangan Islam dalam Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) telah sangat signifikan dan bekelanjutan. Mulai dari berbagai bidang seperti matematika, astronom, kedokteran, dan teknologi, Islam telah memberikan warisan intelektual yang memengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan di seluruh dunia. Melalui sistem pendidikan yang canggih, penerjemah karya klasik, serta penemuan dan inovasi teknologi, Islam telah memberikan fondasi yang kuat bagi kemajuan IPTEK di masa lalu dan menjadi inspirasi bagi perkembangan lebih lanjut di masa kini. Oleh karena itu, penting untuk mengakui dan menghargai peran Islam dalam membentuk dunia IPTEK yang kita kenal saat ini.