Yogyakarta,kamis (09/05) — Kelompok 07 yang terdiri dari 6 orang Mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta membuat artikel dengan tema “Proses Penciptaan Bintang dan Langit Menurut Tafsir dan Saintek” yang berjudul Bintang dan langit dengan paradigma tafsir saintifik. Dalam al-Qur‟an, banyak ayat-ayat yang berbicara mengenai penciptaan alam semesta yang diungkapkan dalam bentuk yang bermacam-macam. Al-Qur‟an menekankan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu, baik yang di langit maupun di bumi. Allah pencipta segala sesuatu, itulah sifat-Nya yang paling besar dan paling nyata, tidak ada pencipta selain-Nya. Sebagai pencipta, al-Qur‟an menyebut sejumlah nama Allah, antara lain al-Khaliq, al-Bari‟, al-Mushawwir, dan al-Badi‟. Oleh karena itu, umat Islam sepakat bahwa Allah adalah pencipta (al-Khaliq) dan alam semesta ini adalah ciptaan-Nya (Makhluq).
Mengkaji ulang bintang dan langit dengan paradigma tafsir saintifik adalah pendekatan yang smencoba menjelaskan fenomena alam yang terjadi di alam semesta dengan menggunakan metode ilmiah dan pengetahuan yang ada. Ini melibatkan pengamatan, pengukuran, dan interpretasi berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah yang diterima secara luas. Dengan pendekatan ini, kita dapat memahami lebih dalam tentang alam semesta dan bagaimana bintang serta langit berinteraksi sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah yang ada.
Pertama, Al-Qur’an menggambarkan bintang sebagai ayat-ayat yang dapat mempengaruhi nalar manusia. Dalam ayat Al-Qur’an, bintang digunakan sebagai contoh keindahan dan kebesaran Allah, serta sebagai petunjuk ke arah kebenaran. Misalnya, dalam Surah Al-An’a>m (76–78).
Kedua, Al-Qur’an juga menggambarkan langit sebagai tempat di mana Allah menciptakan bintang-bintang. Dalam ayat Al-Qur’an, langit digunakan sebagai contoh kebesaran Allah dan sebagai tempat di mana Allah menciptakan bintang-bintang. Misalnya, dalam Surah Al-A’raf (54).
Ketiga, dalam beberapa ayat Al-Qur’an, bintang dan langit digunakan sebagai contoh kebesaran Allah dan sebagai petunjuk ke arah kebenaran. Misalnya, dalam Surah Al-Qaf (50:9).
Keempat, dalam beberapa ayat Al-Qur’an, bintang dan langit digunakan sebagai contoh keindahan dan kebesaran Allah. Misalnya, dalam Surah Al-An’a>m (76–78).
Dalam beberapa surah tentang penciptaan bintang dan langit yaitu Q.S Al-Baqarah ayat:29 yang menjelaskan penciptaan tujuh langit, dan Q.S Al-Mulk:3–5 yang menjelaskan penglihatan bintang-bintang dan Q.S Al-Anbiya’:21–30.
Al-Qur’an menjelaskan tentang pembentukan bintang dan langit melalui teori Big Bang dalam beberapa ayat. Salah satu contoh adalah dalam surat Al-Anbiya’ ayat 30, yang mengatakan bahwa langit dan bumi awalnya bersatu sekitar 12–20 miliar tahun lalu, kemudian terjadi ledakan yang mengembangkan ruang, seperti yang disebutkan dalam surat Az-Zariyat ayat 47. Proses ini disebut sebagai “pengembangan ruang” yang Allah SWT kuasa meluaskan langit.
Dalam beberapa penelitian, para ilmuwan telah menggunakan paradigma tafsir saintifik untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang bintang dan langit. Misalnya, dalam penelitian “Bintang Dalam Perspektif Al-Qur’an” yang dilakukan oleh Wahid Nur Afif, kemudian dalam penelitian “Ikhtisar” yang dilakukan oleh Salman ITB dan Tafsir Ilmi Kemenag RI-LIPI, selanjutnya dalam penelitian “Studi Corak Ilmi dalam Tafsir Al-Azhar Karya Hamka” yang dilakukan oleh Nanda Nadhira, para ilmuwan menggunakan pendekatan saintifik untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang bintang dan langit, serta membandingkan dengan teori-teori ilmiah modern untuk memahami makna dan tujuan ayat-ayat tersebut.
Dalam konteks hadits Islam, penciptaan langit dan bintang disebutkan dalam beberapa riwayat hadits yang memberikan informasi mengenai penciptaan isi bumi dengan tinjauan dari segi teks dan kontekstualnya. Hadis tentang penciptaan isi bumi, dalam kutub tis’ah ditemukan pada dua tempat yakni Shahîh Muslim dan Musnad Ahmad bin Hanbal. Hadis tersebut semuanya berasal dari Abû Hurairah sebagai rawi pertama.