Bagikan

Senin, 13 Juni 2022

Senin (13/06) Unisa Yogyakarta menggelar kegiatan Baitul Arqam Dosen. Alhamdulillah berbagai rangkaian acara dari awal pembukaan berjalan dengan lancar. Walaupun waktu sudah menunjukkan sore hari namun semangat dari Bapak dan Ibu dosen selaku peserta masih tetap terjaga. Setelah kelas besar dengan materi pertama “Darul Ahdi Wa Syahadah”, dilanjutkan dengan kelas kecil yang diisi oleh Ibu Siti Aisyah selaku salah satu pimpinan Badan Pengurus Harian Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dengan materi “Islam Wasathiyyah Berkemajuan”.

Kelas dimulai dengan ice breaking yang dipimpin oleh ibu aisyah selaku pemateri pada kelas kecil sore hari ini, kemudian dilanjut dengan materi “Islam Wasathiyyah Berkemajuan”. Dalam penyampaiannya materi yang pertama disampaikan terkait Ulul Albab – Cendekiawan yaitu mereka yang memiliki spiritualitas yang tinggi atau pada kalangan anak muda sekarang mereka adalah orang yang haus akan ilmu.

Dalam pemaparan Ibu Aisyah, Prof Khaedar mengatakan peta gerakan ideology ada tiga point yaitu Neorovivalisme Islam (gerakan dalam pemurnian ajaran Islam), Neomodernisme Islam (gagasan dan ajaran Islam yang harus mampu menghadapi budaya barat), dan Neotradisionalisme Islam. Posisi Muhammadiyah Wasathiyyah moderasi Islam berkemajuan berada pada posisi tengah, sementara posisi sebelah kiri dipandang sebagai liberal dan sekulair serta sebelah kanan dipandang tradisional, konservatif, fundamentalis, dan radikal. Satu hal yang menarik dari penyampaian Ibu Aisyah yaitu “Nasionalis belum tentu Islam, namun yang Islam semuanya dikatakan Nasionalis. Begitu juga Indonesia bukan Negara Islam, namun mengandung nilai-nilai Islam”. Kemudian dilanjut dengan focus group discussion oleh peserta terkait isu yang barkaitan dengan pandangan Islam Wasathiyyah.

Hasil diskusi kelompok peserta dengan berbagai isu yang diangkat yaitu masalah poligami dimana Islam wasathiyyah memandang dalam mewujudkan keluarga sakinah maka poligami bukanlah permasalahan utama. Dalam isu kepemimpinan perempuan, Islam Wasathiyyah memandang bahwa menjadi pemimpin adalah hal yang bisa dan biasa asal memiliki kualitas, kapasitas, dan kapabilitas. Kemudian pandangan ini memiliki perspektif bahwa perempuan juga memiliki peluang menjadi pemimpin. Dalam isu jihad, Islam Wasathiyyah memandang bahwa jihad diartikan sebagai suatu hal yang luas misalnya menuntut ilmu juga termasuk berjihad. Terakhir isu penelong persalinan oleh tenaga laki-laki, Islam Wasathiyyah membolehkan yang tidak boleh asal dalam keadaan darurat.

Selanjutnya beliau menyampaikan terkait Islam berkemajuan dari pernyataan pikiran Muhammadiyah abad ke-2 yaitu Islam adalah agama yang berkemajuan, rahmatan lil ‘alamin, islam yang menyemaikan benih-benih kebenaran, islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia tanpa diskriminasi, islam yang menggelorakan misi kemunkaran yang menghancurkan kehidupan, dan islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi suku, ras, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi. Terakhir pesan yang disampaikan Ibu Aisyah yaitu “Jangan hanya bekerja sesuai SOP saja, bekerja hanya sesuai perintah saja tapi niatkan juga pekerjaan kita untuk berdakwah. Disamping gerakan pemikiran juga terdapat gerakan amal”.

Oleh : Inne Rahma R.AR