Senin (13/06) UNISA Yogyakarta Gelar acara Baitul Arqam Dosen. Rangkaian acara pembukaan sudah berjalan sejak pagi hari, kemudian istirahat, sholat, makan, dan dilanjut dengan materi “Darul Ahdi Wa Syahadah” dengan pemateri Drs. H. Dahlan Rais M.Hum. Sebelum materi dimulai, diawali dengan pemaparan esai terkait Darul Ahdi Wa Syahadah oleh peserta yang mendapatkan tugas untuk menulis esai dengan tema tersebut.

Selesai pemaparan esai dari peserta dilanjutkan dengan acara pemaparan materi oleh bapak Drs. H. Dahlan Rais M.Hum selaku Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan BPH Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam pemaparannya beliau mengatakan bahwa “Muhammadiyah menerima Pancasila dengan tulus dan kesungguhan, tidak berpura-pura meskipun terkadang masih ada yang mempertanyakan terutama kaitannya dengan Al-Quran dan Hadist”.

Beliau juga menegaskan bahwa Muhammadiyah berada digaris depan dalam membicarakan masalah agama dan pluralitas, akan tetapi bukan pluralisme. Keberadaan Muhammadiyah pada tempat-temapt yang minoritas juga membuat perubahan dan kebermanfaatan yang luar biasa. Dalam UUD 1945 alinea ketiga dijelaskan bahwa “atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa…”

Pada Muktamar Muhammadiyah di Makassar menyatukan sebuah naskah yang berjudul “Negara Pancasila adalah Negara Darul Ahdi Wa Syahadah”. Tahun berikutnya Muhammadiyah memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia dengan segalanya. Jika membicarakan masalah negeri ini Muhammadiyah juga merupakan bagian atau pemilik negeri ini karena Muhammadiyah berperan dalam penyusunan Pancasila.

Diujung penyampaian materi, Pak Dahlan menyampaikan tiga point penting yaitu pertama memberikan pengertian bahwa ini sebuah negara kesepakatan. Negara perjanjian yang telah disepakati oleh semua unsur masyarakata Indonesia. Kedua, bermakna syahadat yaitu kita telah bersaksi kepada Allah SWT dan juga berkonsekuensi atas saksi kita tersebut yang telah diucapkan. Ketiga, kekayaan yang kita peroleh sebagai umat Islam adalah juga bagian dari orang lain, tidak hanya milik kita sendiri. Hal ini menjadi bagian dari sila ke-5 “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Selesai pemaparan materi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, “Muhammadiyah ternyata memang merumuskan negara ini. Persoalannya saat ini saya miris sekali melihat kondisi bangsa ini, apa yang bisa kami lakukan sebagai dosen untuk menguatkan kami sendiri dan mahasiswa kami?” hal tersebut disampaikan oleh Ibu Lina Dosen fisio.

Saat ini orang menggunakan kebebasan semuanya dengan menginterpretasi pada pancasila itu sendiri. Sehingga wajib bagi kita untuk memberikan hal-hal yang benar dan faktual mengenai pancasila itu sendiri. Kebohongan yang disampaikan berulang kali dan tidak dicounter dengan yang lain akan dianggap sebagai kebenaran. Oleh karena itu mereka yang kurang mendapatkan tempat dalam pancasila itu berusaha untuk merubah pancasila tersebut atau dasar negara. Dalam hal seperti ini tidak selalu yang benar yang menang karena aspeknya menjadi luas.

Oleh: Inne Rahma