Dr. M. Nurdin Zuhdi, S.Th.I., M.S.I.

(Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta)

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ اِلآّ اَللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُهَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
اَمَا بَعْدُ
اُوْصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ وَاِيآيَ بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Allahuakbar, Allahukabar, laa ilaaha illallah walluhu akbar. Allahukabr walillahil hamd.

Kaum muslimin yang berbahagia…

Pertama dan yang paling utama, marilah kita panjatkan puja, puji dan rasa syukur kita kehadirat Allah swt. Karena hanya berkat rahmat dan karuniaNyalah pada hari ini kita bisa berkumpul dalam keadaan berlimpah nikmat dan penuh keberkahan. Rasa syukur ini hendaknya kita wujudkan dengan meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt.

Allahuakbar, Allahukabar, laa ilaaha illallah walluhu akbar. Allahukabr walillahil hamd.
Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah…

Sebulan penuh kita telah ditempa oleh Ramadhan. Dengan seluruh rangkaian kegiatan yang menyertainya, seperti tadarus dan tadabur Al-Qur’an, qiyamullail, sadaqah, majelis ilmu, dan puncaknya adalah zakat fitrah yang kemudian dilanjutkan shalat idul fitri, hendaknya Ramadhan mampu merubah diri kita bertransformasi menjadi pribadi baru. Pribadi yang bersih dari debu. Debu keserakahan. Debu keangkuhan. Debu kesombongan. Debu keduiawian. Sehingga lahirlah kembali pribadi yang suci sebagaimana makna idul fitri.
Ibarat karantina yang disebabkan infeksi virus Covid-19, Ramadhan adalah karantina ruhani setelah sebelas bulan lamanya kita terinfeksi dan berjibaku dengan virus duniawi. Benar bahwa Ramadhan telah pergi. Namun semangat dan nilai-nilai yang telah diajarkan selama Ramadhan hendaknya mampu mengawal dan menjaga diri mengaruhi sebelas bulan kedepan yang telah menanti. Dengan membawa nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari, niscaya kita akan selamat dari nafsu dunia. Sebagaimana makna syawal yang berarti meningkat, yakni meningkat amal-amal shalihnya, bukan sebaliknya menurun, apa lagi hilang dan sirna.

Allahuakbar, Allahukabar, laa ilaaha illallah walluhu akbar. Allahukabr walillahil hamd.
Kaum muslmin yang dirahmati Allah…

Bulan Ramadhan adalah ladang tempat menanam benih kebaikan. Buahnya dipetik dan dirasakan pasca Ramadhan. Siapa yang sungguh-sungguh dalam menanam benih kebaikan selama Ramadhan, niscaya dia pasti akan memetik hasilnya. Benih yang ditanam selama Ramadhan adalah pembiasaan amal shalih yang menuntun pelaku puasa kepada derajat taqwa. Taqwa inilah yang dapat mendatangkan maghfirah (ampunan) dari Allah SWT. Maghfirah adalah lampu hijau yang menandakan bahwa seorang

muslim akan dijamin bebas dan haram tersentuh api neraka. Seraya berjalan melenggang, lurus, selamat hingga ke surga.

Sebab itu, selama Ramadhan kita sering mendengar dan memanjatkan doa allhumma ajirnii minannaar (ya Allah, lindungilah aku dari api neraka), wa a’udzubika minnaar (dan aku berlindung kepadaMu dari api neraka), dan wa qinaa ‘adzaabannaar (dan peliharalah kami dari siksa api neraka). Potongan doa-doa ini menandakan bahwa dijauhkan dari siksa api neraka adalah impian semua orang. Karena tidak satupun dari kita yang mau terjatuh dan terjerumus ke dalam api neraka. Namun sayangnya, tidak semua yang menanam mampu memetik hasilnya. Sebab itu, doa yang dipanjatkan semestinya juga harus selaras dengan usaha yang dilakukan.

Di luar sana, betapa banyak para pelaku puasa yang hanya sekedar mendapatkan rasa lapar dan dahaga semata. Mereka adalah golongan orang-orang yang puasanya sia-sia. Sehingga ketika Ramadhan telah berlalu, Ramadhan tidak meninggalkan bekas bagi dirinya. Ramadhan tidak mampu menempanya menjadi pribadi paripurna. Namun demikian, banyak pula pelaku puasa yang juga sukses dan berjaya. Mereka adalah golongan orang-orang yang mampu mencapai derajat taqwa (la’allakum tattaquun). Derajat taqwa inilah yang mengantarkan mereka kepada maghfirah dari Tuhannya. Dengan maghfirah inilah mereka dijamin selamat dari siksa api neraka.

Allahuakbar, Allahukabar, laa ilaaha illallah walluhu akbar. Allahukabr walillahil hamd.
Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah…

Bagaimana caranya mengetahui golongan orang-orang yang sukses puasannya, hingga mampu mencapai derajat taqwa dan mendapatkan maghfirah serta selamat dari api neraka? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita tengok sejenak hadis nabi yang diriwayatkan oleh Ath-Tirmidzi dan Ibnu Hibban. Suatu ketika Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku tunjukkan orang yang haram disentuh api neraka?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah”, Beliau menjawab “orang yang Hayyin, Layyin Qarib dan Sahl”.

Inilah yang dimaksud buah Ramadhan, yaitu lahirnya sifat Hayyin, Layyin Qarib dan Sahl. Pertama, sifat hayyin. Hayyin adalah orang yang memiliki ketenangan baik lahir maupun batin. Orang yang memiliki sifat hayyin sangat menenangkan dan meneduhkan. Orang yang memiliki sifat hayyin pandai mengontrol pikiran, hati dan sikapnya. Sehingga orang ini tidak mudah marah, tidak gampang tersulut emosinya.

Ciri orang yang memiliki sifat hayyin adalah mereka tidak suka memaki dan tidak mudah melaknat. Tidak menghakimi dan tidak mudah melabeli orang lain sesat. Orang yang memiliki sifat hayyin tidak akan mudah menyakiti orang lain, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Tentu, sifat hayyin lahir dari hati yang tenang dan tentram. Hati yang tenang dan tenteram lahir dari pancaran iman. Semakin bagus iman seseorang, maka ia semakin tenang. Allahberfirman dalam Surat Ar-Rad ayat 28:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Kedua, sifat layyin. Layyin adalah orang yang lemah lembut dan santun, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Orang yang memiliki sifat layyin perkataan dan perbuatannya tidak akan melukai, memojokkan, apa lagi mempermalukan orang lain. Ciri khas orang yang memiliki sifat layyin adalah dia tidak suka memaksakan pendapatnya ke pada orang lain. Dia tidak mengganggap dirinya sendiri yang paling benar. Orang ini sangat menghormati perbedaan. Selama ini betapa kita sering menjumpai orang-orang yang selalu menganggap dirinya paling benar sendiri dan dengan mudah menyalahkan

orang lain yang berbeda dengan dirinya. Orang-orang ini mudah sekali berselisih dan bertengkar hanya karena perbedaan.

Rasulullah SAW adalah pribadi yang memiliki sifat layyin. Pribadi yang lemah lembut dan santun yang dicontohkan Rasulullah ini harus kita tiru. Jika ia orang tua, maka dia akan mendidik anak-anaknya dengan lemah lembut, penuh kasih sayang. Jika ia seorang anak, maka ia menjelma menjadi anak yang shalih dan sangat berbakti kepada orang tuanya. Jika ia seorang guru, dosen atau pendakwah, dia tidak akan mudah menyalahkan, apalagi mengkafir-kafirkan orang. Jika ia seorang pemimpin, maka ia tidak akan mudah mempermalukan rakyatnya dengan melakukan korupsi. Jika ia sebagai rakyat, maka kritik kepada pemimpin dilayangkan dengan santun. Bayangkan jika para pemimpin dan rakyat di negeri ini memiliki sifat layyin, mereka saling mengedepankan akhlak karimah satu sama lain. Maka Indonesia akan menjadi negeri yang aman dan damai. Negeri yang menjadi panutan negara-negara di dunia karena tidak ada konflik apa lagi peperangan di dalamnya.

Allahuakbar, Allahukabar, laa ilaaha illallah walluhu akbar. Allahukabr walillahil hamd.
Kaum muslimin wa muslimat yang berbahagian…

Ketiga, lahirnya sifat qarib. Orang yang punya sifat qarib memiliki pribadi yang hangat, akrab, supel, mudah bergaul dan menyenangkan. Sebab itu, teman dekat disebut dengan sahabat karib. Orang yang memiliki sifat qarib selalu membuat orang lain merasa nyaman berada di dekatnya. Orang yang memiliki sifat qarib tidak akan mudah melukai, menyakiti atau menghianati. Ciri lain orang yang memiliki sifat qarib adalah dia ramah ketika diajak bicara. Tidak ketus, tidak tinggi hati dan tidak bermuka masam. Wajahnya selalu berseri-seri dan menyenangkan saat dipandang.

Sifat Qarib datang dari perilaku tawadhu atau rendah hati. Dia tidak menuntut orang lain untuk selalu menghormati dirinya, justru sebaliknya dia menghormati orang lain. Orang yang tawadhu akan nyaman dengan dirinya, sehingga orang lain pun nyaman bersamanya. Banyak orang yang mendekat karena orang merasa aman dan nyaman berada disampingnya. Inilah pribadi yang dicontohkan oleh Rasulullah.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ

Artinya: “Maka berkat rahmat Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu” (QS Ali Imran: 159).

Sifat qarib inilah yang mendorong lahirnya tali bersaudaraan antar sesama. Dengan sifat qarib inilah diharapkan tidak ada lagi permusuhan. Karena sifat qarib adalah sifat yang dapat menghapus dendam. Sehingga terciptalah kerukunan dan kedamaian. Sifat inilah yang seharusnya muncul pada diri kita pasa puasa.

Keempat, lahirnya sifat sahl. Ciri orang yang memiliki sifat sahl adalah orang yang selalu memudahkan urusan orang lain. Tentunya memudahkan dalam hal kebaikan, bukan dalam hal keburukan. Orang yang memiliki sifat sahl tidak akan mempersulit urusan orang lain. Merekalah orang- orang yang mudah dan memudahkan, tidak sulit dan tidak berbelit-belit. Orang yang memiliki sifat sahl selalu memberikan solusi terhadap suatu permasalahan yang dihadapi orang lain. Hatinya mudah tergerak untuk membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan. Merekalah orang-orang yang memiliki sikap simpati dan empati.

Karena pentingnya sifat sahl ini, sampai-sampai Rasulullah mengingatkan dalam sabdanya: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah

akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hambaNya selama hambaNya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim).

Allahuakbar, Allahukabar, laa ilaaha illallah walluhu akbar. Allahukabr walillahil hamd.
Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah…

Inilah yang dimaksud dengan buah yang dipetik pasca Ramadhan, yaitu lahirnya akhlak Ramadhan berupa sifat Hayyin, Layyin Qarib dan Sahl bagi para pelaku puasa. Buah-buah manis inilah yang hendaknya tumbuh subur pada diri kita yang telah menjalankan puasa sebulan penuh lamanya. Buah Ramadhan inilah yang akan membawa perubahan menuju Indonesia berkemajuan.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَلّلَهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسِلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

 رَبَّنَآ أَتِنَآ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَآ عَذَابَ النَّار  سُبْحَانَ رَبكَ رَبّ الْعِزَةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمُ عَلىَ الْمُرْسَلِيْن وَالحَمْدُ ِللهِ رَبّ ِاْلعآلَمِيْن